Pangkal Pinang – Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupaya mengembangkan potensi biomassa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan, Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rusdi, saat membuka kegiatan Ngobrol Bareng Ahli dan Peneliti - Ngobral Seri#5 dengan topik "Serba-Serbi Biomassa: Solusi Masa Depan," melalui video conference, Selasa (29/07/2024). Rusdi juga menyampaikan bahwa biomassa merupakan salah satu energi yang terbarukan, yang dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan limbah pertanian atau peternakan yang selama ini dibuang percuma.
"Beberapa tahun lalu, di Bangka dikembangkan wood chips yang dipadukan batu bara yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik," kata Rusdi. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi dalam pengembangan biomassa karena ada banyak perusahaan sawit yang memiliki area yang luas, yang dimanfaatkan menjadi sumber energi untuk penerangan, lanjut Rusdi.
"Potensi ini harus dimaksimalkan, bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang sumbernya terbatas dan juga berpolusi yang cukup besar, untuk itu, kita perlu beralih ke sumber daya yang lebih ramah lingkungan, seperti biomassa," kata Rusdi.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Jamaludin Malik, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, ORHL-BRIN, yang menjadi narasumber utama kegiatan Ngobral ini mengatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya dapat diperbarui yang sangat berlimpah, salah satunya biomassa.
"Kedepan, aktivitas kehidupan kita, terutama aktivitas ekonomi akan terganggu, ditengah terbatasnya sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Tapi, ternyata Indonesia sendiri memiliki sumberdaya yang dapat diperbarui, yaitu biomassa," kata Jamaludin Malik.
Secara umum, lanjut Jamaludin Malik, pandangan terhadap biomassa masih dianggap sebelah mata karena masih banyak minyak tersedia. Padahal tanpa terasa minyak makin terbatas dan mahal.
"Yang kedua, pada prakteknya masih banyak rantai, yang membuat harga di tingkat hulu atau petani menjadi rendah, sehingga perlu adanya kebijakan, agar nilai di hulu petani wajar," jelas Jamaludin Malik.
Exploring Biomass Potential in Babel
Pangkal Pinang - The Kepulauan Bangka Belitung Provincial Government seeks to develop the potential of biomass in the Province of Kepulauan Bangka Belitung. This was revealed by the Head of Research and Development, Bappeda of Kepulauan Bangka Belitung Province, Rusdi when opening the Ngobrol Bareng Ahli dan Peneliti (Conversing with Experts and Researchers) - Ngobral Series #5 with the topic “Biomass Miscellaneous: Future Solutions,” in the video conference room, Tuesday (07/29/2024). Rusdi also said that biomass is one of the renewable energies obtained from disposed plants and agricultural wastes or livestock manure.
“A few years ago in Bangka, wood chips were developed in combination with coal used as fuel for power plants,” Rusdi said. Kepulauan Bangka Belitung Province has the potential to develop biomass because many palm oil companies here have large areas. They are utilized as an energy source for light, Rusdi continued.
“This potential must be maximized. Fossil fuel is fuel in limited sources and is quite polluting. Therefore, we need to switch to more environmentally friendly resources, such as biomass,” Rusdi said.
On the same occasion, Dr. Jamaludin Malik, Senior Researcher at the Biomass and Bioproducts Research Center, ORHL-BRIN, the main speaker of Ngobral, said that Indonesia has abundant renewable resources, one of which is biomass.
“In the future, our daily activities, especially economic activities, will be disrupted amidst the limited non-renewable resources. But, it turns out that Indonesia has renewable resources, namely biomass,” said Jamaludin Malik.
Generally, Jamaludin Malik continued, biomass is still underestimated since there is still plenty of oil available. Yet oil is becoming increasingly limited and expensive.
“Secondly, in practice, there are still many chains. It makes the price at the upstream or farmer level low, so a policy is required to make the value at the upstream or farmer reasonable,” Jamaludin Malik explained.