Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis WEB Dalam Perencanaan Tata Ruang Dan Kewilayahan

Dalam proses perencanaan yang bersifat tata ruang dan kewilayahan sangat erat kaitannya dengan analisis kondisi wilayah di dalamnya. Perencanaan tata ruang dan kewilayahan layaknya menjadi salah satu perkembangan teknologi dan informasi yang wajib dikembangkan untuk menerapkan inovasi baru dalam melakukan proses perencanaan dan evaluasi pembangunan di masa yang akan datang.

Dalam merencanakan sebuah wilayah, seorang planner tak hanya merencanakan dengan melihat kondisi wilayah saja meskipun hal itu menjadi hal dasar yang harus dilakukan, akan tetapi harus melakukan juga proses pengolahan data dari kondisi eksisting  yang nantinya akan diolah menjadi beberapa analisis yang dimana analisis-analisis ini akan mempermudah dalam menentukan arah dan kebijakan apa saja yang akan dilakukan untuk pembangunan wilayah itu nantinya.

Pada dekade mendatang peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) akan terus semakin menonjol, sebab pengambilan keputusan terutama dalam bidang informasi spasial dan geometrik akan semakin berperan dan dominan. Dalam beberapa hal pengambilan keputusan dapat mempengaruhi efektifitas dan kelangsungan bisnis, pemerintahan dan institusi lainnya. Kualitas dan efektifitas pengambilan keputusan berbasis kewilayahan mempunyai dampak yang besar dalam ekosistem, kualitas hidup dan persamaan sosial untuk masa sekarang dan yang akan datang.

SIG merupakan informasi yang memiliki referensi terhadap koordinat di permukaan bumi yang diterapkan untuk mengelola informasi spasial yang dapat digunakan oleh perencana, analis, pembuat keputusan dan lain-lain. Penggunaan data spasial sekarang ini dirasakan semakin diperlukan dalam berbagai keperluan seperti penelitian, pengembangan dan perencanaan wilayah, serta manajemen sumber daya alam.  SIG memiliki banyak nama alternatif yang sudah digunakan selama bertahun-tahun menurut cakupan aplikasi dan bidang khusus masing-masing, yakni sebagai berikut:

  • Sistem Informasi Perencanaan (Planning Information System)
  • Sistem Informasi Lingkungan (Environmental Information System -EIS)
  • Sistem Informasi Sumber Daya (Resources Information System)
  • Sistem Informasi pengolahan Lahan (Land Information System – LIS)
  • Pemetaan terautomatisasi dan Pengelolaan Fasilitas (AM/FM-Automated Mapping and Facilities Management)
  • Sistem Penanganan Data Keruangan (Spatial Data Handling System)

Dulunya, para pengguna data spasial merasakan minimnya mendapatkan informasi mengenai keberadaan dan ketersediaan data spasial yang dibutuhkan. Penyebaran (diseminasi) data spasial yang selama ini dilakukan dengan menggunakan media yang telah ada yang meliputi media cetak (peta), cd-rom dan media penyimpanan lainnya dirasakan kurang mencukupi kebutuhan. Pengguna diharuskan datang dan mencari langsung data tersebut pada tempatnya (data provider). Hal ini mengurangi mobilitas dan kecepatan dalam memperoleh informasi mengenai data tersebut. Karena itu dirasakan perlu adanya SIG dengan memanfaatkan website pada media internet (WebGIS).

WebGIS adalah aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) atau pemetaan digital yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi mengumpulkan, memproses, mendistribusikan, mempublikasikan dan mengintegrasikan informasi dalam bentuk teks, peta digital serta menjalankan fungsi analisis dan query melalui jaringan internet.

Dalam pengembangan WebGIS, arsitektur aplikasi pemetaan di web dibagi menjadi dua pendekatan sebagai berikut:

a) Pendekatan Server Side (Thin Server)

Pendekatan ini memfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan analisis data dilakukan berdasarkan request di sisi server. Data hasil pemrosesan kemudian dikirim ke client dalam format standar.

b) Pendekatan Client Side (Thick Client)

Pada pendekatan ini, pemrosesan data dilakukan di sisi client dengan menerapkan beberapa teknologi fitur (tools) operasional layer-layer dan penyajian data-data hasil pemetaan di dalamnya.

Secara umum pengembangan dan implementasi WebGIS akan menunjang penyebaran informasi data spasial. Sehingga orang awam pun akan dapat memiliki akses terhadap data dan hasil analisis SIG itu sendiri. Indikator kesuksesan penerapan dan implementasi WebGIS pada sektor pemerintahan  (public sector) terletak pada kualitas pelayanan pada masyarakat atau komunikasi dengan pengguna. Komunikasi ini mungkin lebih kepada pelayanan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat secara mudah dan cepat. Contohnya perencananan wilayah kota dan desa, pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan sumber daya energi dan mineral, jaringan telekomunikasi dan manajemen transportasi, lokasi wisata dan fasilitas umum, dan lain sebagainya.

Sumber: 
Bappeda Prov. Kep. Babel
Penulis: 
Rizaldi, S.Kom.