Hai seperadik sedare kalian tau gimana asal mula plastik?
Alexander Parkes, Wesley Hyatt, Leo Hendrik Baekeland merupakan tiga dari sekian nama yang berperan penting meriset bahan material yang kemudian berkembang menjadi plastik dimulai pada kurun waktu pertengahan 1800-an. Plastik masih menjadi salah satu penemuan terbaik manusia. ilmuwan mencari alternatif material yang bisa diproduksi secara massal, ringan, kuat, tahan lama, murah, dan tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya alam. Namun, produksi dan penggunaan massal plastik menimbulkan masalah karena plastik dari bahan sintetis membutuhkan waktu yang lama dan sulit terurai di alam.
Lalu apa itu mikroplastik yang jadi sorotan pada World Environment Day 2025?
Mikroplastik terbentuk dari degradasi produk sehari-hari seperti pakaian, kemasan makanan dan minuman, perabotan rumah, serta kantong plastik, bahkan juga dari produk perawatan. Seiring waktu, sampah-sampah plastik ini terdegradasi atau terurai menjadi partikel-partikel kecil hingga menjadi mikroplastik dan selanjutnya menjadi nanoplastik.
Salah satu ilmuwan Etty Riani yang meniliti sebaran mikroplastik di perairan mengungkapkan, proses penguraian plastik menyebabkan bahan-bahan aditif yang umumnya merupakan bahan berbahaya dan beracun bagi manusia, juga dapat terlepas ke lingkungan. Hal itu akan membahayakan lingkungan dan biota yang habitatnya di lingkungan tersebut, bahkan melalui proses makan memakan dan pada akhirnya akan sampai ke manusia.
Peneliti BRIN Dwi Amanda Utami, menyampaikan bahwa mikroplastik merupakan partikel plastik atau fiber dengan ukuran < 5 mm. Tipe mikroplastik ini ada 2, yakni primer dan sekunder. Mikroplastik primer diproduksi dalam ukuran yang sangat kecil, contohnya Polyethylene microbeads yang banyak terdapat pada produk kecantikan. Sedangkan mikroplastik sekunder berasal dari degradasi plastik sekali pakai yang berukuran lebih besar. Faktanya, ketika kita mencuci 6 kg baju dari serat sintetis, secara tidak langsung kita telah membuang sekitar 700.000 serat mikroplastik ke saluran air dan akan berakhir di laut. Selanjutnya, mikroplastik yang masuk kedalam tubuh ikan berujung menjadi jalan masuk ke tubuh manusia.
Salah satu kekhawatiran terbesar terkait mikroplastik adalah kemampuannya untuk terakumulasi dalam tubuh manusia seiring waktu. Meskipun ukurannya sangat kecil, mikroplastik dapat menembus jaringan tubuh dan terakumulasi di organ-organ seperti hati, ginjal, dan usus. Bahaya mikroplastik pada kesehatan manusia diantaranya dapat memicu pertumbuhan tumor, menghambat sistem imun, dan mengganggu sistem reproduksi. Nah serem kan?
Trus, apa bahan selain plastik yang ramah lingkungan?
Nah, orang Bangka Belitung mesti familiar dengan Daun Simpur (Dillenia suffruticosa). Tanaman ini sangat banyak kita jumpai di alam Bangka Belitung. Daun simpur biasanya digunakan untuk pembungkus makanan, seperti lontong, tapai, tempe, bahkan bungkusan hok lo pan (martabak bangka) pun pakai daun simpur. Keren kan?
Satu lagi, salah satu inovasi produk keren dari Belitung pengganti plastik sintetis adalah sedotan purun (Lepironia articulata). Purun ini biasanya digunakan sebagai tali pengikat dan kerajinan tikar. Tanaman purun yang habitatnya sekitar rawa kini sudah diolah menjadi bahan bermanfaat yang bahkan sudah diperkenalkan di sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Selamat Hari Lingkungan Dunia 2025
Nah, kalo ikak punya ide inovasi apa untuk produk yang ramah lingkungan?